RASULAN
Rasulan merupakan kegiatan yang telah menjadi tradisi turun temurun untuk mengingat kisah hutan nglanggeran yang kemudian menjadi sebuah desa. Awal Sejarah membuka hutan desa tidak lepas dari adanya sumber air (tuk atau belik) yang berguna bagi kehidupan dan pertanian. Sumber air yang besar berada di Kalisong di sisi barat jalan dimana tempat ini konon dihantui oleh makhluk gaib. Masyarakat percaya bahwa penjaga kalisong adalah Kyai Soyono yang memiliki sima putih, yaitu alat untuk melindungi Nglanggeran dati segala macam bahaya. Rasulan diadakan setiap tahun pada bulan Dzulhijah pada hari Minggu Legi atau Senin Legi. Minggu Legi atau Senin Legi adalah penanggalan jawa yang masih digunakan hingga sekarang. Rasulan diciptakan sebagai penghormatan kepada leluhur yang telah membuka lahan hutan hingga menjadi Desa Nglanggeran.
Ada beberpa lelaguan yang wajib dinyanyikan Ketika rasulan yaitu : Ijo-ijo, Pangkur, Sinom dan Eling-eling. Jika Rasulan terus dilakukan, dipercaya akan berhasil, desa akan tenang, damai dan tentram. Apabila Kyai Soyono dimintai bantuan oleh masyarakat dalam segala urusan kehidupan, ia juga akan memeberi bantuan. Namun, semua tidak lepas dari kuasa Tuhan. Sebaliknya jika tidak melakukan rasulan, pertanian akan gagal, akan menjadi masalah. Masyarakat percayya bahwa Kyai Soyono akan marah dan mengambil nyawa warga Desa Nglanggeran.