1fix
2fix
3fix
previous arrow
next arrow

Kampung Adat Kampung Pitu

Kampung Pitu merupakan sebuah perkampungan yang terletak di puncak timur Gunung Api Purba Nglanggeran. Sesuai dengan namanya yang unik Kampung Pitu hanya di huni oleh 7 kepala keluarga. Kampung Pitu atau Kampung Tlaga memiliki beragam kepercayaan adat yang masih lestari hingga kini dan terdapat seorang Juru Kunci (Kuncen) yang bertugas menjaga adat istiadat, budaya, dan tradisi di Kampung Pitu.

Nama “Kampung Pitu” mengandung makna dan cerita rakyat lokal (Foklor) yang diwariskan secara turun temurun. Dikatakan Mbah Rejo Dimulyo (Juru Kunci), “Di wilayah kampung pitu terdapat sebuah Pohon Kinah Gadung Wulung yang ditemukan oleh salah satu abdi dalem Keraton Yogyakarta Hadiningrat. Mengingat pohon langka, konon, Pohon Kinah memiliki daya magis yang luar biasa. Seiring berjalannya waktu, abdi dalem keraton membuka sayembara bagi siapa saja yang mampu menjaga pohon tersebut. Imbalan yang diberikan berupa tanah secukupnya untuk anak dan keturunan si pemenang sayembara.”, ujarnya.

Tersisalah Eyang Irodikromo, Eyang Tir, dan lima orang lainnya. Keturunan dari Eyang Iro dan Eyang Tir kemudian bermukim dan melanjutkan keturunannya di area Kampung Pitu sedangkan lima orang sisanya keluar dari Kampung Pitu dan ada yang moksa. Konon Pohon Kinah Gadung Wulung hanya dapat dilihat oleh orang-orang tercerahkan.

Secara turun temurun masyarakat Kampung Pitu berupaya menjaga ekosistem, adat-istiadat, dan budaya. Meski mayoritas dari warga Kampung Pitu menganut agama Islam, tapi mereka tetap mempertahankan adat, tradisi, dan budaya. Beragam aktifitas budaya masih bertahan hingga saat ini. Slametan sebagai pengharapan atas keselamatan, Rasulan menjadi simbol rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan oleh Tuhan melalui panen tani, Mong-mong, Kenduri maupun Wiwitan juga dilakukan karena mempunyai makna dan tujuan masing-masing.

Selain upacara adat, terdapat beberapa situs budaya di Kampung Pitu. Tlogo Guyangan merupakan suatu sumber mata air di area Kampung yang biasanya digunakan oleh warga sekitar untuk melasungkan upacara adat. Konon, Tlogo Guyangan dulunya digunakan oleh bidadari untuk memandikan kudanya (Jaran Sembrani). Di dekat Telaga Guyangan, terdapat bekas tapak kaki Jaran Sembrani yang dipercaya sedang mengkal agar dapat kembali terbang ke langit. Kini, situs budaya tersebut dilindungi dengan pagar dan rantai agar tetap terjaga kelestariannya.

Our Contact

HEAD OFFICE :

Sekretariat Desa Wisata Nglanggeran

Nglanggeran Wetan RT016/ RW 004, Nglanggeran, Patuk, Gunungkidul, D.I Yogyakarta 55862

PHONE/ WHATSAPP

0818-0413-8610

0818-0410-3999

Translate »