KESENIAN
KARAWITAN
Karawitan adalah seni gamelan dan seni suara yang bertangga nada slendro dan pelog. Kesenian ini terkenal di Pulau Jawa dan Bali. Istilah karawitan berasal dari bahasa jawa yaitu “rawit” yang berarti halus dan lembut.
Desa Wisata Nglanggeran sampai saat ini masih melestarikan karawitan sebagai seni pertunjukan maupun kegiatan edukasi sebagai penunjang aktivitas pariwisata. Kesenian karawitan biasanya ditampilkan saat event-event tertentu seperti bersih desa atau rasulan, malam satu sura, malam tujuh belasan maupun kegiatan-kegiatan penting lainnya. Selain itu kesenian ini sering dimainkan saat penyambutan tamu, baik wisatawan domestik maupun mancanegara. Penyambutan ini dimaksudkan agar mereka yang belum mengetahui kesenian tradisional dapat menambah wawasan dan diharapkan dapat melestarikan serta mempelajari kesenian tradisional yang menjadi ciri khas dari budaya Jawa.
GEJOG LESUNG
Gejog lesung merupakan salah satu kesenian tradisional yang ada di Desa Wisata Nglanggeran. Dalam Bahasa jawa “gejog” artinya memukul, sementara “lesung” merujuk pada alat pertanian berupa wadah untuk menumbuk padi. Lesung terbuat dari kayu gelondong yang dipahat hingga beronggga seperti bentuk perahu dan Alu adalah alat penumbuk padi berupa batang kayu Panjang dengan diameter segenggam tangan orang dewasa.
Gejog lesung biasanya dimainkan 6 orang, Mereka memukul lesung degan alu secara berirama pada bagian atas, samping, Tengah atau tepat pada bagian cekungan sehingga menghasilkan suara yang unik dan indah. Selain pemukul lesung juga ada beberapa penyanyi yang melantunkan lagu/gendhing.
REOG
Di Desa Wisata Nglanggeran terdapat sebuah kesenian yang sudah ada sejak tahun 2013 yaitu Reog Mataram. Reog Mataram yang dimiliki Yogyakarta berbeda dengan reog yang ada di Ponorogo. Reog Mataram menceritakan tentang perjuangan pahlawan nasional yaitu Pangeran Diponegoro yang berusaha menembus hutan lebat Bernama “Nongko Doyong”. Nongko Doyong merupakan hutan angker yang dipenuhi dengan berbagai mascam “lelembut” atau makhluk astral. Reog Mataram ini dibuat dengan tujuan memudahkan pergerakan Pangeran Diponegoro beserta prajuritnya untuk menembus hutan tersebut dan mampu melawan penjajah kolonial Belanda.
Pemain reog ini terdiri dari 5 pemain musik/gamelan dan 8 orang penari. Property yang digunakan Reog Matara mini diantaranya kuda lumping, busana reog, senjata kayu, topeng dan juga alat musik yang mengiringi alur permainan Reog Mataram. Reog Mataram biasa ditampilkan ketika bersih desa (rasulan) dan penyambutan tamu.
JATHILAN
Jathilan adalah sebuah kesenian yang menyatukan unsur gerakan tari yang diiringi musik gamelan dengan ritual. Masyarakat mengenal jathilan dengan berbagai sebutan, yaitu kuda lumping, jaran kepang dan kuda kepang. Jathilan menceritakan mengenai kisah prajurit mataram yang sedang mengadakan latihan perang (gladen) di bawah pimpinan Sultan Hamengku Buwono I untuk menhadapi kolonial Belanda.
Sebelum melakukan pagelaran pawang akan melakukan utuk memohon ijin penguasa tempat tersebut supaya tidak diganggu selama pagelaran. Kesenian jathilan yang merupakan tarian tradisional dimulai dengan gerakan pelan namun semakin lama semakin dinamis mengikuti iringan gamelan dan lantunan sinden. Selain mengikuti gamelan, penari juga kerasukan roh halus sehingga hampir tak sadarkan diri terhadap apa yang mereka lakukan dalam istilah Jawa Ndadi.
HADROH
Hadroh adalah ksenian rebana yang mengakar pada kebudayaan islam yang sering disebut sebagai kegiatan syiar lewat syair. Di Desa Wisata Nglanggeran